Thursday, April 16, 2020

6 Pengalaman Test IELTS di Beberapa Tempat, Ada Yang ke Dukun

Senang rasanya bisa membagikan tulisan ini yang saya rasa informatif dan bisa menambah wawasan kepada teman-teman semua. Di sini saya tidak akan  menjelaskan apa singkatan dari ielts itu, dan... tesnya seperti apa karena sudah banyak sekali penjelasan tersebut di google dan platfrom lainnya.

Seperti yang kita ketahui bahwa ada begitu banyak persiapan yang perlu disiapkan sebelum meenghadapi test ielts. Yang paling penting adalah kesiapan kita untuk mengikuti tesnya, serta bekal kita dari segi material dan immaterial tentunya.

Dan... Saya rasa bagi teman-teman yang sudah pernah ikut test ielts memiliki pengalaman menarik untuk diceritakan, munkin juga bisa menjadi penyemangat untuk teman-teman yang belum/...akan menjalani test ielts.


tidak sedikit orang yang gaga ketika mereka tes ielts hingga berulang kali mencoba hingga mereka mendapatkan target score yang diinginkan.



Terkadang belum daftar tesnya saja kita sudah ciut duluan, ragu akan kemampuan diri sendiri, serta merasa berat kehilangan duit 3 juta (biaya tes, dibulatkan) jikalau hasilnya tidak mencapai target yang diinginkan.


Nah maka dari itu penting bagi kita yang belum test untuk mencari informasi se-detail mungkin terkait masalah di dalam test, pelayanan ketika ujian dan fasilitas ruangannya. Bagian akhir ini penting loh, karena dari banyak pengalamn teman ada beberapa yang merasa tidak nyaman perihal speaker ruangannya.

Di sini saya telah menghimpun 6 pengalaman test ielts yang bersumber dari teman saya sendiri, teman pejuang ielts ketika masih sama-sama kursus di kampung inggris. Saya rangkum pengalaman teman saya karena 2 hal, pertama karena 'ceritanya' masih fresh yakni baru test di 2019 akhir dan awal 2020. Kedua, menurut saya pengalaman ini sangat informatif dan saya rasa bisa menjadi pertimbangan kepada teman-teman dalam mempersiapkan, menghadapi dan memilih tempat test ielts.

Pada tulisan ini saya memiliki 6 informan yang sudah pernah real test dan saya urutkan alur ceritanya berdasarkan waktu tesnya.

Sebut saja informan pertama saya adalah Riko (nama samara), dari Nusa Tenggara Timur (NTT), ia memiliki target skor yang berbeda di antara kami. Bahkan paling rendah. Teman-teman saya di kelas banyak yang menargetkan di band score 6.5 - 7 namun tidak untuk dirinya.

Untuk menharapkan skor target riko tak muluk-muluk kalau bisa dapat 4.5 rasanya sudah bersyukur banget bagi dia. Mengapa demikian? Itu karena tujuan atau orientasinya yang berbeda, bagi teman-teman para scholarship hunter dari awal menagetkan min band 6.5, sedangkan riko pemburu WHV cukup 4.5.

Apa itu WHV? teman-teman bisa search di google. :)

Singkatnya di antara kami sekelas, riko tesnya lebih dulu yaitu di pertengahan 2019, saya lupa persisnya tanggal berapa hanya seingat saya di bulan juni dan juli untuk 2 kali tes.

Informan saya ke dua yakni Dilah (nama samaran), dari Ponorogo, hampir sama dengan riko kalau dilah juga berkeinginan untuk mendaftar program HHV, meski kalau ditanya ngakunya scholarship hunter. Punya dua keinginan gitulah intinya...

Masih di 2019, waktu itu dilah tes di bulan agustus. Meski skornya sudah mencukupi untuk melamar HHV. Akan tetapi, sayang saja, tidak dapat mengejar waktu deadline-nya saat itu di bulan september. Ia baru menerima sertifikat ielts-nya usai penutupan pendaftaran jadi hanya berselang beberapa hari saja. Padahal dilah sudah menyiapkan segala berkas dari awal, seperti paspor dan lainnya, hanya kurang sertifikat ielts.

Kalau seperti itu jadi gemes kan... hehe

Selanjutnya informan ke tiga saya adalah Ulti, dari Bandung, teman saya satu ini sama dengan saya yakni scholarship hunter. Selain itu, kita juga sering berbagi informasi seputar beasiswa kuliah luar negeri gitu ketika tengah makan bareng.

Si ulti waktu itu tes di akhir 2019 kalau tidak salah antara september atau oktober untuk tes pertama, sedangkan tes ke dua di januari, 2020. Sebenarnya hasil dari tes pertama sudah bisa untuk mendaftar beasiswa luar negeri namun untuk beasiswa tertentu. Oleh karena itu untuk mencari aman dia memutuskan untuk tes lagi, dan syukurnya hasilnya sesuai target juga.

Bedanya kalau riko, dia harus tes lagi karena memang tes pertama masih di bawah target untuk syarat WHV sehingga ia tes lagi yang ke dua, dan hasilnya sama juga masih kurang.

Terakhir informan saya adalah fifah (nama samaran) namun sering saya panggil miss solo karena dia dari Solo. Entahlahhh, saya suka aja memanggilnya dengan nama itu.... hehe

Oya, si fifah ini tesnya di bulan februari 2020. Tidak seperti riko dan ulti, fifah tes ielts-nya baru sekali dan mungkin ada tes berikutnya... mungkin.

Dari sekian teman-teman saya para pejuang ielts baru 4 anak yang memberanikan diri untuk maju real test, bahkan ada yang nekat-nekatan juga loh, seperti si riko :D

Lalu bagamana dengan saya? Kapan tes?

Hingga tulisan ini terbit saya belum tes dan saya orangnya tergolong santuy, tapi bukan masuk dalam kelompok orang-orang santuy loh yah, apalagi kaum rebahan, NO. Saya hanya mencoba mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebuah nasehat orang Jawa "ojo kesusu".

hehehe...

Alasan diplomatisnya sih seperti itu :D

Baik demikian pembuka dari artikel ini selanjutnya akan saya ulas pengalamannya ke dalam tempat tes ielts -nya.

Yang pertama di...

British Council Surabaya

Tes ielts pertama riko ialah di tempat ini. Yang saya dapat dari pengalamannya overall oke. Hanya saja di sesi speaking dia diinterview oleh salah satu examiner yang sudah berumur (tua), jadi dia merasa kesulitan untuk memahami pronunciation si examiner itu, katanya sih suaranya serak-serak gitu.

Kata tutor saya kalau si-ibu itu bukanlah native speaker, dan merupakan warganegara dari China.

Selain riko, si dilah juga tes di sini. Ia tidak mengalami gangguan ataupun ketidaknyamanan saat ujian berlangsung khususnya di bagian listening, reading dan writing. Soundnya juga bagus dari suara audionya dapat didengar jernih.

Namun sama halnya yang dialami oleh riko, si dila juga ternyata diinterview oleh ibu itu. Sepanjang ceritan pengalamannya ke saya, ia juga agak sulit memahami pronunciation-nya hingga ada salah satu pertanyaan yang ia jawab ngasal karena bingung mencerna pronunciation si ibu itu.

British Council Jakarta

Kembali lagi ke pengalaman riko bahwa ia tes ke duanya di sini. Tidak banyak yang diceritakan kepada saya, intinya riko merasa prefer di tempat ini. Adapun dari fasilitasnya kurang lebih dengan di Surabaya overall oke. Hampir tidak ada gangguan sedikitpun ketika real test berlangsung begitu pula waktu speaking.

Ada yang menarik dari pengalaman riko menjelang tes yang ke duanya ini. Beberapa pekan lalu saya bertemu dengannya, lokasi di kampung inggris. Ia bercerita bahwa sebelum tes waktu itu ia sempat diajak oleh tutornya, ya tutor saya juga, ke rumah orang pintar gitu.

Mendangar itu saya sontak terkejut dong soalnya baru kali ini dengar yang begini. Biasanya sih kalau datang ke tempat begituan kalau bukan untuk pelaris ya paling jodoh. Namun nyatanya untuk tes ielts juga bisa mampir ke orang pintar loh... :D

Katanya lagi ide itu berawal dari tutornya yang sudah kehabisan cara untuk membantu si riko saat real tes nanti, segala cara sudah dikeluarkan mulai dari tips and triks yang katanya paling jitu hingga materi yang banyaknya pake sangat.

Dan... cara terakhir yang belum dicoba ialah datang ke orang pintar.

Sebenarnya riko tidak percaya yang begituan namun lantaran tidak enak dengan ajakan tutornya ia akhirnya meng-iyakan aja dan di rumah si dukun ia diberi sebuah benda yang perintah si dukun itu agar dibawa ketika real tes besok.

Tidak banyak komentar riko pun menuruti perintah si dukun itu.

Hingga tes usai ia masih menyimpan benda pusaka itu. Setelah 2 minggu menunggu, hasil tesnya pun keluar dan tarraaaaa... masih di bawah syarat WHV.

''Sebenarnya sih kalau mau pake ilmu hitam ada cara yang lebih mujarab dari itu dan dijamin berhasil, yaitu sewa aja jasa hacker biar diretas tuh situs british council terus band score mu ditinggiin deh, hehehe'', canda saya kepadanya.

Selain riko, ulti tes pertamanya juga di tempat ini. Dari pengalamannya saat tes nyaris tidak ada hambatan baik fasilitasnya dan pengawasnya atau pelayanannya. Meski merasa pengawasannya ketat tapi bukan masalah baginya "mungkin cuman keseringan dag dig dug aja pas writing takut ga selesai habisnya pas dapat soal yang susah'', katanya.

Tempat tes ielts terakhir yakni....

British Council Yogyakarta

Ulti tes ke duanya memilih di tempat ini. Menurutnya overall lebih bagus dari lokasi tes sebelumnya. Pertama dari fasilitas yang diberikan BC itu sendiri hampir setiap tempat di Indonesia BC selalu unggul jika dibandingkan dengan kompetitornya yakni IDP.

Hal itu karena BC tidak memiliki bangunan selain pusat sehingga seluruh agenda real test dilakukan di hotel, bisa bayangin kan fasilitas hotel itu seperti apa. Berbeda dengan IDP, mereka memiliki bangunan sendiri.

Dari pengalaman ulti, pengawasnya di sini lebih ramah kepada peserta ujian, mungkin ini karena tidak lepas dari identitas Jogja-nya yang dikenal ramah-ramah,

Menariknya, hasil tesnya juga naik sesuai target. Dan... 'nilai speaking' nya naik drastis yakni 7.5 jika dibandingkan di tempat tes sebelumnya nilai speaking hanya 6.0

Sampai ulti bilang begini ke saya, "apa jangan-jangan native-nya sange ya kak", kata dia.

"mungkin saja", kata saya.

Pengalaman tes ielts terakhir dari miss solo (fifah) yang juga tes di BC Jogja. Tidak ada gangguan ketika ujian sound-nya juga dapat dengan jelas didengar, fasilitas dan juga pengawasnya ramah kepada peserta ujian. Namun, ketika speaking dia diinterview bukan dari native melainkan dengan orang indonesia.

Perlu diketahui kebanyakan teman-teman yang sudah pernah tes ielts kerab memperoleh skor ielts-speaking tinggi jika examiner-nya dari native. Lalu bagaimana jika non -native? ya bisa dibilang fluktuatif :D

Kok gitu?

Dari analisa saya, native speaker yang bahasa ibunya adalah bahasa inggris dapat memaklumi ketika berbicara dengan non-native, mereka maklum kalau bahasa inggris bukan bahasa ibu mereka sehingga ketika ada kesalahan dikit mereka tidak begitu mempersoalkan. Lalu apa hasilnya jika analisa tersebut kita giring ke suasana real test ielts-speaking...

Berbeda dengan non-native mereka menuntut untuk be perfect. Mereka begitu teliti kata demi kata yang keluar dari lawan bicaranya. Lalu apa jadinya jika perspektif ini kita giring ke suasana real test ielts-speaking.

Kesimpulan

Pada dasarnya tidak ada cara instan untuk memperoleh skor ielts yang tinggi. Semua itu tentu bergantung pada diri kita, sudah sejauh mana kemampuan bahasa inggris kita? bisa ga dengerin audio full english seperti kita dengerin teman lagi gosip? bisa ga ketika reading bacanya seperti baca koran tanpa pusing mikirin jawaban?

Faktanya, tips dan triks yang kamu dapat ketika kursus ielts bukan jaminan untuk mendapatkan skor ielts tinggi. Kalau kata tutor saya ''tips-triks tidak banyak ngebantu ketika real test dan yang dapat membantu itu ya dari pemahaman kalian sendiri".

Lalu buat apa tips-triks itu dipelajari kalau tidak banyak ngebantu. Eitsss nanti dulu...

Itu semua akan ngebantu kita untuk bagaimana me-manage waktu. Ingat dalam ielts strategi itu penting agar kita dapat menyelesaikannya tidak lebih dari jamnya. Nah disitulah tips-triks berguna untuk ngebantu kita supaya mengerjakan lebih cepat dan tepat, tentu menggunakan strategi perlu pemahaman juga dong.

Sekian yang dapat saya bagikan semoga bermanfaat...

Bagi teman-teman para pejuang ielts yang sebentar lagi akan kuliah di luar negeri, Amin, apabila membutuhkan materi ielts selama belajar #DirumahAja bisa komen di bawah dengan menulis email dan dari mana asalnya, nanti materinya akan saya kirim by email.

Tulis komentar Anda...
EmoticonEmoticon