Monday, April 20, 2020

Cerita Menulisku di Media Massa

awalnya sekedar iseng mengirimkan artikel ke media kini menjadi ketagihan.

Aktivitas menulis merupakan suatu kegiatan yang paling mudah dilakukan oleh semua orang, tanpa terkecuali. Hanya bermodal note book dan pena atau laptop saja kamu sudah dapat menuliskan berbagai cerita menarik. Namun siapa sangka kalau banyak juga orang yang tidak suka menulis dengan alasan seperti ini; bukan hobi, ga ada ide, bingung mau nulis apa, dan alasan paling mirisnya lagi ga ada upahnya serta masih banyak lagi...

Begitu bukan yang sering muncul di kepala kita?. :)

Dulu waktu pertama kali menulis motivasi saya bukanlah terhadap materinya yang saya kejar melainkan kalau saya menulis terus bisa dimuat di media massa rasanya suatu kebanggaan tersendiri. Dan... meski tidak dipublish oleh si media tapi saya begitu menikamatinya membuat saya semakin termotivasi untuk terus mengirim tulisan lagi dan lagi.

Hingga tulisan pertama saya di media massa terbit di radar tarakan, 2016, lalu saya abadikan di media sosial. Sayang picture nya sudah hilang...

Terus menyusul tulisan saya ke dua di media yang sama, 2016.

Part pertama;



Bagian part ke dua terbit ke esokkan harinya setelah part pertama tebit;



Sedikit cerita, berkaitan dengan tulisan di atas, dulu waktu masih kuliah saya seorang aktivis yang gemar sekali mengkaji pemikiran gitu, dan menjadikannya sebagai topik diskusi. Alhasil saya sering menuliskan artikel yang berkaitan dengan topik ini.

Selanjutnya tulisan saya yang ke tiga di media cetak, 2017.



Berbeda dengan tulisan saya sebelumnya, yang ini merupakan refleksi selama menjadi mahasiswa. Membaca tulisan sendiri, saya merasa gaya menulis saya mengalami kemajuan dari yang awalnya penuh dengan teoritis dan imajinasi yang tak berdasar hingga saya dapat mengubah gaya menulis yang penuh nuansa refleksi, mengajak orang untuk berfikir, dan uniknya bisa menyampaikan diksi-diksi yang mudah dimengerti (bahasa umumnya ringan untuk dibaca).

Menurut saya seorang yang gemar menulis tidak patut/layak untuk dibatasi dengan sudut pandang tertentu saja, dan terus membahas hal tersebut. Di dalam dunia blogger kita tahu hal itu disebut 'menulis dengan satu niche'. Bagi saya hal tersebut sama saja memenjarakan diri sendiri di dalam sebuah sistem yang konyol.

Anehnya banyak blogger terkenal yang sudah ribuan visitors-nya menyarankan hal demikian dan didengarlah oleh blogger pemula. Lantaran sarannya terdengar bagus, di sini saya tidak bilang benar, tanpa fikir panjang diterapkan saran itu ke dalam blog-nya, menulis dengan satu niche. 

Lalu apa hasilnya ketika si blogger pemula ini tidak sanggup konsisten dalam membuat tulisan yang sesuai niche? ya otomatis blog-nya gulung tikar. Maka tidak heran banyak blogger pemula yang gugur satu-persatu.

Saya akan setuju apabila blogger terkenal menyarankan untuk konsisten menulis daripada konsisten dengan niche.

Mengapa demikian? karena kreatifitas tidak dapat dibatasi, di dalam dunia blog konsisten dengan satu niche bukan hal yang prioritas. Seharusnya konsisten dalam meng-upload konten/tulisan itu yang diutamakan.

Tidak berhenti disitu, saya masih rajin mengirimkan artikel ke media cetak hingga terbit artikel saya yang ke lima, 2017.



Saya merasa senang artikel yang saya kirim dapat dipublish oleh media cetak, apalagi kalau skalanya media jelas bisa ribuan yang membaca. Hingga orangtua saya di rumah juga ikut membaca dan menginformasikan kepada saya lewat SMS yang inti pesannnya ada artikel saya di koran, padahal saya belum mengetahui artikel yang saya tulis itu bakal terbit, pihak mediannya juga belum memberitahukannya kepada saya.

Selain terbit di radar tarakan artikel saya juga terbit di harian jogja, 2017, berikut artikelnya.



Dan masih banyak lagi tulisan lainnya yang diterbitkan oleh media...

Suatu ketika saya iseng untuk menuliskan nama saya di kolom pencarian google dengan tujuan sekedar ingin melihat artikel mana saja yang terbit di media online, "ternyata lumayan juga ya yang dimuat," ucap saya dalam hati, dan saya pun asyik meng-click tombol next untuk perintah halaman berikutnya, hingga seterusnya.

Tiba-tiba muncul sebuah situs resmi salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur, saya heran dong kok website-nya ikutan tampil perasaan saya tidak pernah mengirimkan tulisan ke sana, dan sekali saya click ternyata bukan berisi artikel yang pernah saya tulis melainkan sebuah jurnal yang di sumber referensinya tertulis dengan jelas nama saya paling awal.



Saya pun baru ingat bahwa saya pernah menulis untuk sebuah blog kelas. Yang ga saya habis fikir tulisan saya kok bisa dijadiin sumber di dalam karya ilmiah?. Di sisi lain, itu yang nerbitkan tulisan saya kan ada embel-embel blogspot-nya :D

Kendati demikian, saya merasa bersyukur karena bisa memberi kontribusi kecil di dalam ruang akademik melalui artikel-artikel yang pernah saya tulis.

Btw, saya juga pernah menulis untuk media nasional loh... dan selalu ditolak hehe

Untuk menerbitkan tulisan ke media nasional memang tidak mudah terutama untuk para penulis yang masih low profile, saat mengirim tulisan ke sana saya masih duduk di bangku kuliah dan belum memegang gelar seperti sekarang ini.

Kesimpulannya, bagi saya menulis merupakan sebuah pekerjaan yang paling mudah dilakukan dan berkembang sifatnya. Media merupakan wadah yang dapat menampung ide kita, salah satunya blog ini, jadi kita bebas untuk menggunakan wadah manapun sesuai dengan selera masing-masing.

Bagi teman-teman yang ingin mencoba untuk mengirimkan artikelnya ke media cetak baik lokal maupun nasional namun tidak mengetahui alamat emailnya serta kurang mengerti caranya seperti apa, bisa request di kolom komentar di bawah nantinya akan saya post artikel yang berisi kumpulan alamat email media cetak dilengkapi tata cara pengiriman artikelnya.

Tulis komentar Anda...
EmoticonEmoticon